Ade Armando sendiri mengaku tidak berniat untuk ikut unjuk rasa bersama mahasiswa dari seluruh Indonesia, namun Ade Armando mendukung Aspirasi mahasiswa mengenai penolakan penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden.
Secara sigap pihak kepolisian segera mengevakuasi ke tempat yang lebih aman karena Ade Armando yang sudah tampak lemas dan tak berdaya.
Baca Juga: Kangen Kampung Halaman? Inilah Link dan Cara Daftar Mudik Gratis Kemenhub RI
Sampai berita ini diturunkan pihak kepolisian masih berusaha untuk mengamankan jalannya demo yang mengarah ke arah anarkisme dan kekerasan.
Demo 11 April 2022, sendiri direncanakan oleh BEM SI ( badan eksekutif mahasiswa seluruh Indonesia) yang menuntut akan penundaan pemilu serta perpanjangan masa jabatan presiden.
Ade Armando sendiri adalah seorang akademisi Universitas Indonesia (UI) dan juga seorang pegiat media sosial. Karena kejadian ini namanya kembali viral dan memuncaki tagar di media sosial twitter.
Baca Juga: Terkait Persiapan Pemilu 2024, Presiden Jokowi: Semua Sudah Ada Jadwalnya
Sebagai informasi tambahan Ade Armando pernah menjadi wartawan majalah Prisma (1988–1989) dan Redaktur Penerbit Buku LP3ES (1991–1993). Pada 1993, Ade menjadi redaktur Republika, surat kabar Islam, sesuai obsesinya.
Namun karena tekanan politik Orde Baru dan dirasa tidak objektif, ia lantas keluar dari koran tersebut. Bosan dengan politik, ia beralih menjadi peneliti dan Manajer Riset Media Tylor Nelson Sofres pada 1998–1999.
Hingga kemudian Ade diajak bergabung oleh Marwah Daud Ibrahim menjadi Direktur Media Watch & Consumer Center pada tahun 2000.***
Artikel Rekomendasi