5 Cara AI Menyelamatkan Satwa Liar, Mulai dari Menghitung Simpanse hingga Menemukan Paus

- 15 Juli 2022, 09:10 WIB
Ilustrasi.  5 Cara AI Menyelamatkan Satwa Liar, Mulai dari Menghitung Simpanse hingga Menemukan Paus
Ilustrasi. 5 Cara AI Menyelamatkan Satwa Liar, Mulai dari Menghitung Simpanse hingga Menemukan Paus /Pixabay/koshinuke_mcfly/



PORTAL GROBOGAN - Ada pemikiran, AI atau Artificial Intelligence itu kehadirannya bisa menimbulkan malapetaka bagi manusia.

Tetap AI bagi para konservasionis jadikan sebagai solusi teknologi inovatif untuk atasi krisis keanekaragaman hayati dan mengurangi perubahan iklim.

Sebuah laporan baru-baru ini oleh Wildlabs.net menemukan bahwa AI adalah salah satu dari tiga teknologi teratas yang muncul dalam konservasi.

Dari jebakan kamera dan gambar satelit hingga rekaman audio, laporan tersebut mencatat: “AI dapat mempelajari cara identifikasi foto mana dari ribuan yang berisi spesies langka.

Baca Juga: Pahami 3 Fungsi dan Cara Kerja Router agar Internet WiFi Anda Makin Lancar

atau menunjukkan panggilan hewan di luar jam rekaman lapangan yang mana sangat mengurangi tenaga kerja manual yang diperlukan untuk mengumpulkan data konservasi penting.”

AI membantu melindungi spesies yang beragam. Contohnya seperti paus bungkuk, koala, dan macan tutul salju.

Juga mendukung pekerjaan para ilmuwan, peneliti, dan penjaga hutan dalam tugas-tugas penting, mulai dari patroli anti-perburuan hingga pemantauan spesies.

Baca Juga: Alasan Kenapa Insta Story Sering Nge-Freeze dan Cara Mengatasinya

Dengan sistem komputer pembelajaran mesin yang menggunakan algoritme dan model untuk belajar, memahami, dan beradaptasi.

AI seringkali mampu melakukan pekerjaan ratusan orang, mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih efektif.

Berikut adalah 5 cara AI dalam proyeknya yang berkontribusi pada keanekaragaman hayati dan spesies:

1. Menghentikan pemburu liar

The Connected Conservation Initiative, dari Game Rangers International (GRI), Departemen Taman Nasional dan Margasatwa Zambia dan mitra lainnya,

diketahui telah menggunakan AI untuk meningkatkan upaya anti-perburuan konvensional,

Selain itu, juga membuat sebuah batas atau pagar secara virtual hingga 19 km di Danau Itezhi-Tezhi.

Kamera termal inframerah atau Forward-looking infrared (FLIR) mengarah ke depan merekam setiap perahu yang melintas masuk dan keluar taman, siang dan malam.

Dipasang pada tahun 2019, kamera dipantau secara manual oleh penjaga, yang kemudian dapat merespons tanda-tanda aktivitas ilegal.

FLIR AI kini telah dilatih untuk secara otomatis mendeteksi kapal yang memasuki taman, meningkatkan efektivitas dan mengurangi kebutuhan akan pengawasan manual yang konstan.

Gelombang dan burung terbang juga dapat memicu peringatan, sehingga AI diajarkan untuk menghilangkan pembacaan yang salah ini.

2. Melacak kehilangan air

Brasil telah kehilangan lebih dari 15% air permukaannya dalam 30 tahun terakhir, sebuah krisis yang baru terungkap dengan bantuan AI.

Sungai, danau, dan lahan basah di negara itu telah hadapi tekanan yang meningkat dari pertumbuhan populasi, pembangunan ekonomi, penggundulan hutan, dan efek yang memburuk .dari krisis iklim.

Hal tersebut tersebut sangat merusak bagi satwa liar ( 4.000 spesies tumbuhan dan hewan hidup di Pantanal , termasuk jaguar, tapir dan anaconda), manusia dan alam.

“Teknologi AI memberi kami gambaran yang sangat jelas,” kata Cássio Bernardino, pimpinan proyek air MapBiomas WWF-Brasil.

 “Tanpa AI, kita tak pernah tahu seserius apa situasinya, bahkan AI punya data untuk yakinkan orang.

Sekarang kita dapat mengambil langkah-langkah untuk mengatasi tantangan hilangnya air permukaan ini terhadap keanekaragaman hayati dan komunitas Brasil yang luar biasa.”

3. Menemukan paus

Menemukan paus bungkuk secara visual di lautan luas memang sulit, tetapi nyanyian khas mereka dapat menempuh jarak ratusan mil di bawah air.

Di perikanan National Oceanic and Atmospheric Association (Noaa) di kepulauan Pasifik, perekam akustik digunakan untuk memantau populasi mamalia laut di pulau-pulau terpencil dan sulit diakses.

Pada tahun 2018, Noaa bermitra dengan tim bioakustik Google AI for Social Good untuk membuat model ML yang dapat mengenali lagu paus bungkuk dan terbukti bahwa AI telah membantu untuk menemukan paus.

4. Melindungi koala

Populasi koala Australia mengalami penurunan serius karena perusakan habitat, serangan anjing domestik, kecelakaan di jalan, dan kebakaran hutan.

Tanpa mengetahui jumlah dan keberadaan mereka, menyelamatkan mereka sangatlah sulit.

Grant Hamilton, seorang profesor ekologi di Queensland University of Technology telah menciptakan pusat AI konservasi dengan pendanaan federal dan Landcare Australia untuk membantu menghitung koala dan hewan langka lainnya.

Dengan menggunakan drone dan pencitraan inframerah, algoritme AI dengan cepat menganalisis rekaman inframerah dan menentukan apakah itu adalah koala atau hewan lain.

5. Menghitung spesies

Menyelamatkan spesies di ambang kepunahan tentunya adalah tugas besar. Pada tahun 2020, perusahaan ilmu data Appsilon bekerja sama dengan Universitas Stirling di Skotlandia dan badan taman nasional Gabon (ANPN).

Mengembangkan algoritme klasifikasi gambar AI Mbaza untuk pemantauan keanekaragaman hayati skala besar di taman nasional Lopé dan Waka di Gabon.

Para konservasionis telah menggunakan kamera otomatis untuk menangkap spesies, termasuk gajah hutan Afrika, gorila, simpanse, dan trenggiling.

kemudian harus diidentifikasi secara manual. Jutaan gambar bisa memakan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk diklasifikasikan,

Di negara yang kehilangan sekitar 150 gajah setiap bulannya karena pemburu liar , waktu sangatlah penting.

Algoritme AI Mbaza digunakan pada tahun 2020 untuk menganalisis lebih dari 50.000 gambar yang dikumpulkan dari 200 jebakan kamera yang tersebar di 7.000 km persegi hutan.

Mbaza AI mengklasifikasikan hingga 3.000 gambar per jam dan hingga 96% akurat.

Konservasionis dapat memantau dan melacak hewan dan dengan cepat menemukan anomali atau tanda peringatan,

memungkinkan mereka untuk bertindak cepat saat dibutuhkan. Algoritme juga berfungsi offline di laptop biasa, yang membantu di lokasi tanpa atau konektivitas internet yang buruk.***

Editor: Fitria Muna Khoirun Nisak

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini

x