Guru Besar IPB Mengingatkan Pentingnya Modernisasi dan Industrialisasi Produksi Unggas

- 14 Juni 2022, 09:00 WIB
Ilustrasi Unggas
Ilustrasi Unggas /kie-ker /Instagram

PORTAL GROBOGAN - Guru Besar Ilmu Ekonomi Pembangunan IPB Prof Arief Darjanto mengingatkan masyarakat akan pentingnya modernisasi unggas.

Menurutnya, upaya modernisasi dan industrialisasi bisa menjadi mata rantai bagi produksi ayam pedaging dan petelur seiring tingginya permintaan pasar pasca pandemi COVID-19 selama dua tahun.

Dikutip Portal Grobogan dari ANTARA, Prof Arief menjelaskan, sektor protein hewani perlu melakukan modernisasi dan industrialisasi agar dapat berproduksi dengan efisien, efektif, dan berdaya saing, pada Minggu, 12 Juni 2022 di Kota Bogor.

Baca Juga: Prosesi Pemakaman Eril Ditutup dengan Penyampaian Pesan Cinta dari Ridwan Kamil

Prof Arief yang memiliki pandangan luas, dunia pasca pandemi akan penuh dengan tantangan.

Bisa dilihat juga sebagai peluang untuk berkelanjutan dan peningkatan efisiensi. Sehingga industri perunggasan bisa menempatkan seperti aspek kesehatan dan harga makanan akan lebih terjangkau.

Menurut Prof Arief dengan meningkatkan koordinasi vertikal dapat dijadikan sebagai upaya bagi para pelaku usaha dalam industri perunggasan.

Baca Juga: Greysia Polii Resmi Pensiun Jadi Atlet, 30 Tahun Sudah Menggeluti Dunia Bulutangkis

Koordinasi vertikal dimaksud untuk mendapatkan nilai tambah di seluruh rantai pasokan untuk meningkatkan stabilitas marjin keuntungan.

Selain itu, menerapkan agroteknologi dan digitalisasi bisa dimulai dari kandang sampai meja konsumen pada seluruh rantai pasokan.

Adapun penggunaan big data, Internet of Things, robot, sensor, dan drone bisa dijadikan sebagai transformasi industri perunggasan dengan bantuan teknologi yang sangat maju tersebut.

Baca Juga: Peaky Blinders: 9 Perbandingan Kisah Nyata dan Serialnya, Kimber Bukan Dibunuh oleh Shelby?

Meningkatkan keamanan bio di seluruh rantai pasokan dalam upaya mengatasi penyebaran penyakit, mengurangi tingkat kematian pada unggas, modernisasi dan otomatisasi.

Menurut Prof Arief, modernisasi dan otomatisasi dilakukan untuk meningkatkan efisiensi lahan pertanian.

Selain itu, untuk mengurangi rasio konversi pakan dan mengurangi masa pertumbuhan dan penggemukan pada unggas.

Baca Juga: Biodata Andrew Garfield, Pemeran Spider-Man Versi The Amazing Spider-Man

Pada era normal baru, sejalan dengan usaha-usaha di atas peningkatan daya saing pada industri ayam daging dan ayam petelur membutuhkan adanya perubahan model rantai pasokan yang awalnya tradisional menjadi modern.

Prof Arief juga menyebutkan, model rantai nilai tradisional dapat dicirikan dengan adanya peternakan unggas dengan skala kecil.

Inefisiensi tinggi, volume produksinya kecil, penjualan masih didominasi dengan bentuk ayam hidup.

Baca Juga: Atalia Parartya Genggam Erat Tangan Ridwan Kamil Saling Menguatkan, Saat Melihat Peti Jenazah Eril

Usaha untuk pembibitan juga masih menggunakan teknologi yang tradisional dan tidak ada infrastruktur yang mendukung bagi sistem pemasaran rantai ini.

Prof Arief menjelaskan model rantai pasokan yang baru dan modern ditandai dengan adanya perusahaan yang terintegrasi baik dari skala kecil, menengah dan besar.

Pabrik yang memiliki ketersediaan pakan lokal dengan harga yang lebih bersaing, volume produksinya lebih besar, pembibitan yang unggul dan modern, serta tersedia infrastruktur yang dapat mendukung sistem pemasaran rantai dingin.

Baca Juga: Ridwan Kamil Ungkap Filosofi Hidup Emmeril Kahn Mumtadz: Berjuta Doa Akan Dipanjatkan

Pemasaran dengan model rantai dingin ini memang diperlukan, karena daging ayam dan telur yang mudah rusak.

Pertambahan nilai pada sistem rantai dingin dalam model pasokan yang baru dapat dilakukan melalui peningkatan kemampuan prosesnya.

Pada lingkup perunggasan dapat dilakukan upaya peningkatan produksi, peningkatan fungsi, peningkatan jaringan usaha dan peningkatan komunikasi antarsektor.***

Editor: Suci Lestari

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini