Cerita Legenda Kendhana Kendhini Grobogan, Kisah Kakak Adik yang Hampir Melakukan Pernikahan Sedarah

- 30 April 2022, 07:46 WIB
Tradisi asrah batin di Desa Karanglangu dan Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan untuk mengenang legenda Kendhana Kendhini.
Tradisi asrah batin di Desa Karanglangu dan Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan untuk mengenang legenda Kendhana Kendhini. /Instagram/@wisatagrobogan

PORTAL GROBOGAN – Grobogan, salah satu provinsi di Jawa Tengah yang berbatasan dengan Kudus, Pati, dan Blora di sebelah utara; Semarang dan Demak di barat; Sragen dan Boyolali di selatan; dan Blora di bagian timur.

Di Grobogan terdapat legenda bernama Kendhana Kendhini. Sebuah legenda yang mengisahkan perjalanan kakak dan adik yang hampir saja melakukan Pernikahan Sedarah (incest).

Dalam bahasa Jawa, Kendhana Kendhini adalah sebutan untuk sepasang anak sekandung, laki-laki dan perempuan.

Dalam legenda Grobogan, istilah ini merujuk kepada Raden Sutejo dan Roro Mursiyah, saudara kandung yang terpisah sejak kecil.

Cerita Kendhana Kendhini

Suatu hari ketika Kendhana dan Kendhini pulang menggembala, mereka ingin segera makan seperti biasanya. Namun, setelah menunggu lama, masakan ibunya tak kunjung matang.

Karena terus merengek, sang ibu pun marah. Tak sengaja ia melemparkan sendok kayu pengaduk beras ke arah Kendhana dan Kendhini. Dua anak ini pun pergi meninggalkan rumah.

Mereka berkelana ke hutan dan kemudian berpisah. Sang kakak, Kendhana, menetap di sebuah daerah yang kemudian dinamakan Desa Karanglangu.

Sementara itu, Kendhini berhenti dan tinggal di sebuah wilayah yang kemudian dinamakan Desa Ngombak.

Ketika dewasa, mereka tak sengaja bertemu dan jatuh cinta. Pernikahan keduanya hampir terjadi.

Keesokan harinya rombongan pengiring Raden Sutejo berangkat dari Desa Karanglangu untuk melamar Roro Mursiyah.

Setelah prosesi pinangan itu selesai, mereka terhenyak karena bekas luka di dahi keduanya berasal dari kisah yang sama.

Begitulah hubungan keduanya terungkap. Raden Sutejo dan Roro Marsiyah adalah saudara sekandung. Pernikahan itu pun dibatalkan.

Mereka bersyukur atas pertemuan itu sekaligus terhindar dari perkawinan sedarah. Keduanya pun berjanji akan bertemu tiap dua panen sekali untuk mengenang apa yang telah terjadi.

Peristiwa ini selalu dikenang oleh warga desa. Rasa syukur tersebut pun hingga kini tetap diingat dan dilestarikan dalam tradisi Asrah Batin yang berlangsung setiap dua masa panen.

Asrah Batin

Asrah batin adalah upacara tradisional di Desa Karanglangu dan Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati untuk mengenang legenda Kendhana Kendhini. Sebuah tradisi yang terus dilestarikan hingga masa kini.

Mengambil bentuk upacara slametan, masyarakat mengenang legenda Kendhana-Kendhini itu sebagai sebuah pembelajaran yang harus disyukuri.

Berkat anugerah Tuhan, pernikahan tersebut dibatalkan. Hal ini sekaligus menghindarkan potensi bencana yang mungkin terjadi di masa yang akan datang, baik itu bencana alam atau sosial.

Kisah legenda ini terus dirawat, bahkan menjadi salah satu hal mendasari hubungan kedua desa dalam legenda tersebut, Karanglangu dan Ngombak.

Seperti halnya hubungan Kendhana-Kendhini, penduduk dua desa ini berlaku layaknya kakak dan adik.

Asrah batin dilakukan pada hari pilihan, Minggu Kliwon, bertepatan saat musim kemarau. Upacara ini dilakukan di rumah kepala desa Ngombak selaku adik (Kendhini).

Musim kemarau dipilih karena salah satu prosesi asrah batin adalah melewati sungai yang alirannya deras. Sungai itu bernama Tuntang, akan surut airnya di musim kemarau.

Seperti permintaan Kendhana di akhir cerita legenda, jika ia berkunjung ia minta disuguhi makanan berlauk bothok ikan mangut dan minuman berupa air tape (badhek).

Usai perjamuan itu, ia berpesan agar diadakan beksa langen tayub diiringi gendhing Eling-eling Boyong.***

Editor: Faqih Hilal Mukarrom


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini